Mengenang tragedi Tupperware

 Mengenang tragedi Tupperware

“Tugas utama seorang istri di malam hari adalah menyambut sang suami pulang kantor dan memastikan Tupperware-nya sudah dibawa pulang lagi”. Ini status teman yang kubaca di FB, pagi (Rabu, 18/12) ini. Spontan saya terpingkal-pingkal. Jadi ingat kebiasaan “sadis” istri…

Haqul yakin, isi status Agung Ainul (kawan seangkatan di SMAN 1 Blitar) itu didasari pengalaman nyata. Sebab nasibnya sama dengan saya: kerab mendapat perlakuan “sadis” istri gara-gara Tapperware. (bagi lelaki, alenia ini bacanya pelan-pelan saja, takut kedengaran istri kita ha ha ha)

Kadang rasanya, istri lebih sayang Tapperware ketimbang suami sendiri. Bayangkan, kalau pulang kerja, yang ditanya bukan isinya habis atau tidak, makanannya enak atau tidak, kenyang atau tidak. Tapi malah tanya, Tapperware-nya ketinggalan atau tidak. Plok! (tepuk jidat)

Berkali-kali saya mengalami “tragedi Tapperware”. Tapperware tempat makan bawaan dari rumah ketinggalan di kantor. Tentu bukan sengaja. Namanya juga lupa, pasti tak ingat.

Tapi, alasan capek lantaran kerja sebagai redaktur sebuah media massa yang kadang sampai pagi menjelang, tak cukup meyakinkan hati istri. Tetap saja diintrogasi bak maling jemuran. Lamaaa. Sampai ketemu jawaban meyakinkan: barangnya masih ada. Plok! (sekali lagi tepuk jidat)

Entah untuk ketinggalan dan kehilangan yang kali keberapa, saya pernah tak kuat menahan emosi. Kebetulan sudah dua hari barangnya tidak saya temukan. Teman-teman kantor tidak ada yang tahu. Meski tiap hari tetap bawa dan balikin Tapperware yang lain, pulangnya tetap diintrogasi. Plok! (lagi-lagi tepuk jidat)

“Gini aja, anggap saja Tapperware-nya hilang. Ini saya ganti,” kata saya sembari memberinya uang Rp 500.000.

“Tapperware jenis itu harganya tujuh ratus ribu!” ujarnya dengan nada ketus.

Saya segera ambil lagi uang dari dompet Rp 200.000, lalu saya berikan dia. Tapi baginya masalah belum selesai. “Ini bukan soal barang mahal, tapi tanggungjawab. Masak begitu saja lupa. Jangan-jangan kamu juga sering lupa saya dan anak-anak… (dan sederet celoteh yang lain, saya lupa)”

Sebelum celotehnya tambah panjang dan lebar, saya tinggalkan dia. Tanpa mandi dan ganti baju, saya sambar tas pancingan. Lalu kabur menuju danau di samping rumah. Malam itu saya mancing ikan tanpa umpan, karena tidak ada persiapan. Beberapa menit duduk dongok memandang sinar starlet di kumbul yang tak kunjung ada ketrikan ikan.

Kira-kira istri sudah lelap tidur, baru beranjak pulang. Sampai di rumah langsung mengambil posisi tidur beradu pantat dengan istri. Setelah memanjat doa menjelang tidur, saya lantunkan lagu Rhoma Irama dalam hati: … Ooo ya nasib ya nasib.. mengapa begini…

curcol
http://bit.ly/2outqt5

Related product you might see:

Share this product :

Posting Komentar

 
Support : Kontak Kami | tupperware Template | Mas Template
Copyright © 2011. Tupperware Cikarang - All Rights Reserved
Template Di Mondifikasi oleh Creating Website Published by Mas Template